Kamis, 13 Desember 2012


                                                                                        Qodri Jamalulail

                      2012015015

 

TAMANSISWA DAN KONSEP-KONSEPNYA

 
A.  RIWAYAT
A1. “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu!” (Soewardi Soerjaningrat, “Als Ik Eens Nederlander Was”, De Express, 1913).

A2. Sebelum terjun ke dunia pendidikan, Ki Hadjar Dewantara terkenal sebagai wartawan, penulis, politisi, dan budayawan. Ia sempat bekerja di Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara (1908 dst), aktif di Boedi Oetomo (1908 dst), Indische Partij (1912 dst), Sarasehan Malem Slasa Kliwon (1919 dst). Pada tahun 1913 bahkan pernah “diinternir” ke Belanda, dan dimanfaatkan untuk menimba ilmu baik secara formal maupun nonformal. Ia mendapatkan Europeesche Akte.

A3. Sepulang dari Belanda tahun 1919, Ki Hadjar bersama teman-teman menyelenggarakan sarasehan di halaman rumahnya (sekarang Pendopo Tamansiswa), dikenal dengan Sarasehan Malem Slasa Kliwonan. Dari forum ini muncul gagasan pendidikan; selanjutnya Ki Hadjar ditunjuk menangani pendidikan anak dan kaum muda, sedangkan Ki Ageng Suryomentaram ditunjuk menangani pendidikan kaum dewasa.

         Dipresentasi dalam Seminar Nasional Kontribusi Tamansiswa dan INS Kayutanam

           dalam membangun Karakter bangsa Masa Lalu, Masa Kini, dan

Masa Depan

           Jakarta: Depdiknas, Hotel Sahid, Ballroom Lt 2, 24 Agustus 2006

A4. Tepat pada tanggal 3 Juli 1922 bersama Soetatmo Soerjokoesoemo, Pronowidigdo, Soejopoetro, dkk, Ki Hadjar memproklamasi berdirinya Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa di Yogyakarta. Dari sini berkembanglah kemudian aneka satuan pendidikan di Tamansiswa; Taman Indriya (TK), Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), Taman Karya Madya (SMK), Taman Guru (SPG), dan Sarjanawiyata (PT).

A5.  Pada tahun 1932 pemerintah kolonial Belanda melarang dijalankannya sekolah boemi putra karena dianggap berbahaya bagi eksistensi rezim kolonial. Belanda mengeluarkan kebijakan Onderwijs Ordonnantie (OO) atau Wilden Schoolen Ordonnantie (ordonansi sekolah liar), karena sekolah pribumi dianggap sekolah liar. Kebijakan ini dilawan oleh Tamansiswa dan Ki Hadjar dengan melontarkan jurus “gerakan diam” (lijdelijk verzet). Karena aksi Tamansiswa mendapat dukungan rakyat maka kebijakan OO pun akhirnya tumbang.

B.  KONSEP PENDIDIKAN
B1. Tamansiswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.

B2. Tamansiswa anti intelektualisme; artinya siapa pun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Tamansiswa mengajarkan azas keseimbangan (balancing), yaitu antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain. Maksudnya agar setiap anak didik itu berkembang kecerdasan dan kepribadiannya secara seimbang.

B3.  Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).

B4. Tujuan pendidikan Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Tamansiswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

B5. Kalau di Barat ada “Teori Domein” yang diciptakan oleh Benjamin S. Bloom yang terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotorik maka di Tamansiswa ada “Konsep Tringa” yang terdiri dari ngerti (mengeta-hui), ngrasa (memahami) dan nglakoni (melakukan). Maknanya ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkat-kan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.

B6. Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.

B7. Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.

B8. Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Tamansiswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antartiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.

C.       Dinding pedoman Tamansiswa

Ki Hajar Dewantara juga pernah melontarkan konsep belajar 3 dinding. Yang dimaksud belajar dengan 3 dinding bukanlah belajar dikelas dengan jumlah dinding 3 buah ( salah satu dari 4 sisi dinding tidak ada ), tetapi konsep tersebut mencerminkan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di luar. Belajar bukan sekedar teori dan praktek disekolah, tetapi juga belajar menghadapi realitas dunia. Sekolah dan Dunia menurut konsep ini berarti tidak terpisah. Dengan itu diharapkan para guru mengajarkan ilmu teori serta praktek di dunia dan juga kepada siswa jika tidak sungkan-sungkan menanyakan apa saja hal yang tidak diketahuinya tentang dunia kepada guru mereka masing-masing. Tujuan dari konsep ini, agar para lulusan sekolah dapat mampu hidup dan bisa berbuat banyak setelah lulus dari sekolah.

D. Ungkapan Ki Hadjar Dewantara
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu!”

(Soewardi Soerjaningrat, “Als Ik Eens Nederlander Was”, De Express, 1913)

         Ajaran Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara

Ing Ngarso Sung Tulodho artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.

Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.

Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang - orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.

Jadi secara tersirat Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani berarti figur seseorang yang baik adalah disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang - orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat . Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat.

BangsaBapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara Indonesia sudah mewarisi sikap luhur pahlawan sejati dan perlu meneruskan buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara, tentang tujuan pendidikan nasional yakni memajukan kualitas semua komponen anak bangsa secara keseluruhan. Arah tujuan hakiki bagi kemanusiaan, tanpa membeda-bedakan asal-usul, agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya. Konsep pendidikan terpadu yang harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

E. Ciri khas Tamansiswa

                     KODRAT ALAM  (Ciri khas 1 Tamansiswa) :
Sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan YME mengandung arti bahwa hakekat umat manusia adalah menyatu dengan alam semesta dan tidak dapat lepas dari hukum kodrat alam. Manusia akan bahagia bila menyelaraskan diri dengan kodrat alam yang mengandung segala hukum kemajuan.

Hari berganti minggu, berganti bulan, berganti tahun selalu bertambah dan tidak pernah mundur ataupun berhenti, itulah kodrat alam kuasa Illahi. Budaya manusia selalu mengalami kemajuan dan interaksi antar bangsa tak terelakkan sesuai hukum kodrat alam. Demikianlah Ki Hadjar Dewantara (KHD) memberi pedoman olah budaya bangsa dengan TRIKON (Kontinyu, Konvergen, Konsentris):

         KONTINYU : Mengolah budaya bangsa secara berkesi nambungan dari masa lalu, masa kini dan masa datang. Dari generasi ke generasi menjalin rangkaian kemajuan budaya bangsa terus menerus tiada terputus.

         KONVERGEN : Tidak menutup diri dengan perkem bangan kebudayaan dunia. Dengan adaptif memilah dan memilih budaya universal yang bermanfaat bagi memperkaya perkembangan budaya bangsa sendiri.

         KONSENTRIS : Dalam mengarungi dan menyatu dengan arus budaya universal, berpegang teguh kepada budaya sendiri memperkuat kepribadian nasional. Bangsa yang besar selalu mempunyai ciri karakter budaya bangsanya.

II.    KEMERDEKAAN (Ciri khas 2 Tamansiswa) :
         Kemerdekaan mengandung arti sebagai karunia Tuhan YME kepada manusia dengan memberikan hak untuk mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikkingsrecht) dengan mengingati syarat tertib damainya (orde en vrede) hidup bermasyarakat. Karena itu kemerdekaan diri harus diartikan sebagai swadisiplin atas dasar nilai luhur, hak hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kemerdekaan harus menjadi dasar untuk pengembangan pribadi yang kuat dan sadar dalam suasana keseimbangan dan keselarasan pribadi yang kuat dan sadar dalam kehidupan bermasyarakat.

F. Tujuan Tamansiswa
     Tujuan pendidikan Perguruan Tamansiswa adalah membangun peserta didik menjadi manusia yang merdeka lahir-batin dan tenaganya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, cerdas dan terampil hidup, sehat jasmani rohani, menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air dan umat manusia pada umumnya.

G. Sistem Among
        Among artinya mengemban, membina dengan keikhlasan hati tanpa pamrih. Pendidikan Perguruan Tamansiswa dilaksanakan menurut Sistem Among yaitu suatu system pendidikan yang berjiwa kekeluargaan :

-           Membina jiwa merdeka lahir batin dan tenaganya, melarang hukuman dengan paksaan, berazas kekeluargaan dalam proses belajar mengajar.

-           Tut wuri handayani, membina dari belakang agar anak proaktif, percaya diri. Pamong memberi pembinaan dan koreksi bila diperlukan.

-           Kodrat Dolanan Anak (kinder spellen) sebagai embrio jiwa merdeka sang anak. Motif dolanan diaplikasikan dalam KBM lebih kondusif mengurangi ketegangan.

-           Mempertajam panca indera, menambah ketrampilan/psikomotorik

-           Mengenal potensi diri, menambah PD, PBM menggembirakan

-           Mengembangkan perilaku dan lisan yang posisif sesuai adat Timur.
 
-           Mengembangkan kodrat talenta khas pribadi sang anak.

-           Berkembangnya jiwa merdeka lahir batin dan tenaga sang anak. Membentuk karakter anak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

 
Sumber :



yogyakarta/universitas-sarjanawiyata-tamansiswa-ust

0 komentar:

Posting Komentar

Islamic Clock


BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

MP3

Popular Posts